PeristiwaTerkini - Jenderal Pol Tito Karnavian bakal genap satu tahun menjabat Kapolri pada 13 Juli 2017 mendatang. Tito dilantik Presiden Joko Widodo menjadi orang nomor satu di korps Bhayangkara pada 13 Juli 2016 lalu.
Namun, berita mengejutkan justru datang dari mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu. Usai perayaan HUT Bhayangkara ke-71 di Monas, kemarin, mantan Kepala Densus 88 itu menyatakan rencananya untuk pensiun dini dari jabatan Kapolri.
Keinginan Tito itu bukan tanpa alasan. Jenderal polisi bintang empat itu pun membeberkan alasan mengapa ingin pensiun dini. Menurutnya, terlalu lama memegang tongkat komando di Polri tidak baik untuk regenerasi. Selain itu, Tito juga membeberkan menjalani kehidupan sebagai Kapolri memiliki tingkat stres yang tinggi.
"Perlu ada kepemimpinan baru dan seterusnya. Bayangkan kalau saya jadi Kapolri terus, 6 tahun, 7 tahun, anggota bosan, organisasi bosan, saya juga bosan. Saya mengatakan ini menjadi Kapolri ini penuh kehidupan yang stressfull, banyak persoalan-persoalan. Wajar juga kalau di luar negeri, wajar juga kalau seandainya saya mempunyai kehidupan yang less stressfull," katanya usai perayaan HUT Bhayangkara di Monas.
Jika dihitung secara usia, Tito baru akan pensiun pada tahun 2022. Artinya, Tito masih mempunyai waktu lima tahun untuk memimpin Polri jika tidak ada pergantian dari Presiden. Namun, mantan Kapolda Metro Jaya itu menegaskan tak mau menjabat Kapolri hingga tahun 2022. Meski demikian Tito enggan menyebut kapan tepatnya akan pensiun dini.
"Saya mungkin pada waktunya tidak akan sampai selesai di 2022. Kemungkinan di waktu yang sangat tepat mungkin, saya akan pensiun dini. Karena saya lama di luar negeri, mendengar kata ini bukan sesuatu yang aneh, di kultur Indonesia pensiun dini diketawai. Bahkan pensiun ingin diperpanjang. Di luar negeri kalau dia sudah selesai bekerja keras, dia ingin menikmati hidupnya dan itu tidak jadi masalah. Bagi saya yang pernah sekolah di luar negeri melihat pensiun dini itu biasa. Saya juga punya hak untuk menikmati hidup yang less stressfull," jelasnya.
Tito juga membantah akan terjun ke dunia politik usai pensiun dini. Dia mengaku tak memiliki gen politik. Selain itu banyaknya konflik dan tarik menarik di dunia politik, dikatakannya, hanya akan menimbulkan musuh-musuh baru dan membuat dirinya tambah stres.
"Saya ingin kembali ke dunia pendidikan. Yang jelas hati kecil saya tidak ingin sampai selesai 2022, tambah stres kehidupan saya nantinya. Saya butuh waktu untuk anak dan istri saya juga," katanya.
Dibanding rekan satu angkatannya di Kepolisian, karier Tito Karnavian begitu melesat. Dia menjadi yang pertama di angkatan Akpol 1987 yang menyandang tiga bintang, bahkan meninggalkan para seniornya. Bintang tiga itu diperolehnya ketika dipilih Presiden Joko Widodo menjadi Kepala BNPT.
Tito merupakan lulusan terbaik di angkatannya. Sederet prestasi gemilang dan penghargaan telah berhasil diraihnya. Dia juga sempat mendapat kenaikan pangkat luar biasa setelah melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu,Malang, Jawa Timur, 9 November 2005 lalu.
Karier Tito di Polri kemudian mencapai puncaknya ketika Presiden Joko Widodo memilihnya menjadi calon Kapolri buat menggantikan Jenderal Pol Badrodin Haiti yang saat itu mau memasuki masa pensiun. Setelah disetujui DPR, Tito lantas dilantik Presiden pada 13 Juli 2016.
Tito menjadi salah satu Kapolri termuda. Tito merupakan jebolan Akpol 1987. Jika dihitung, dia melompati lima angkatan dari Jenderal Badrodin yang merupakan Akpol 1982. Hal itu merupakan tradisi baru dalam institusi Polri. Sebab, pada umumnya pemegang tongkat estapet Tribrata-1 merupakan dua tingkat di atas Kapolri sebelumnya.
Dipilihnya Tito saat itu sempat menimbulkan kekhawatiran dari sejumlah pihak. Dikhawatirkan posisi Tito sebagai junior bakal membuatnya susah memimpin Polri lantaran banyak jenderal senior yang bakal menjadi bawahannya. Bahkan Kapolri saat itu Jenderal Badrodin Haiti sampai-sampai menginstruksikan seluruh perwira tinggi mendukung penuh keputusan Jokowi memilih Tito menjadi Kapolri.
Tito sendiri saat itu tak berambisi menjabat orang nomor satu di korps Bhayangkara itu. Bahkan saat itu sempat meminta kepada Kapolri dan Menko Polhukam agar para jenderal senior yang diutamakan menjadi Kapolri.
"Saya memang pernah dengan halus ke Kapolri saya sampaikan, maupun ke pak Menko Polhukam. Sebaiknya senior yang diberi tempat," kata Tito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar